Kamis, 07 Juni 2012

Syaikh Anwar al Awlaki : 17 Kaidah dalam Takwil Mimpi

Syaikh Anwar al Awlaki : 17 Kaidah dalam Takwil Mimpi











oleh Imam Anwar Al-Awlaki rahimahullah
translated from his lecture "17 Rules of Dream Interpretation"


Shoutussalam.com Ibnu Qutaybah ad-Dinawari رحمه الله berkata dalam kitabnya tentang takwil mimpi, “Tidak ada satu perkara yang dihadapi oleh seseorang dalam berbagai disiplin ilmu yang lebih jelas, halus, agung, mulia, sulit dan problematis dari pada mimpi, karena ia adalah sejenis wahyu dan kenabian”
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, “Sebuah mimpi yang baik (yang menjadi nyata) dari seorang yang sholih adalah salah satu dari 46 bagian kenabian (nubuwah).” [Shahih Bukhari]
Beberapa ulama telah mencoba untuk menjelaskan tetang perbandingan 1:46 ini. Kita tidak tahu bagaimana caranya untukmengetahui apakah penjelasan mereka tersebut benar ataukah tidak. Kenabian Nabi  صلى الله عليه و سلم adalah sejak usia 40 hingga 63 tahun, jadi selama 23 tahun. Kita tahu dari sirah bahwa enam bulan sebelum menjadi Nabi, Rasulullah صلى الله عليه و سلمmendapat mimpi yang kemudian benar terjadi, sangat sering sekali (demikian) hingga jika beliau mendapat mimpi pada malam hari, mimpi itu menjadi nyata pada pagi esok harinya. Sehingga perbandingan dari 6 bulan dengan 23 tahun adalah 1:46.
1) Ada 3 jenis mimpi:
dari Iman Tirmidzi رحمه الله dari Muhammad Ibnu Sirrin رحمه الله dari Abu Hurairah رضي الله تعالى عنه beliau mengatakan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Ada tiga jenis mimpi 1. Mimpi yang benar, 2. Mimpi yang dimana seseorang sedang berbicara pada dirinya sendiri (yakni apapun yang engkau pikirkan di siang hari, kemudian engkau memimpikannya di malam hari) 3. Mimpi dari syaitan yang menginginkan supaya engkau sedih.”

(terkait jenis mimpi ke3-pent) Dalam satu hadist disebutkan bahwa seseorang harus berdiri dan berdoa dan yang lain menyebutkan bahwa ia tidak boleh menceritakannya pada siapapun.

Abu Salamah رضي الله عنه pernah berkata, “Terkadang aku mendapat sebuah mimpi yang rasanya lebih berat dari memikul gunung. Tapi setelah aku mendengarkan hadist ini, aku tidak lagi perduli dengan mimpi buruk yang aku dapatkan”
Dari Abu Said Al-Khudri رضي الله عنه: “Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, “Jika seseorang dari kalian mendapatkan mimpi yang ia sukai, maka itu dari Allah, dan ia harus bersyukur kepada Allah atasnya dan (hendaknya) ia menceritakan pada yang lain; tapi jika ia mendapat mimpi yang lain; yakni mimpi yang tidak ia sukai, maka itu dari syaitan, maka ia harus berlindung kepada Allah dari kejahatan syaitan tersebut, dan tidak seharusnya ia menceritakannya pada siapapun, karena mimpi itu tidak akan membahayakannya” [Shahih Muslim]

Pertanyaan 1): Sebuah pertanyaan pun muncul, apakah semua mimpi orang yang beriman itu baik?
Al Muhallab رحمه الله berkata, “Kebanyakan mimpi dari orang beriman adalah mimpi baik, karena kadang-kadang (saja) seorang yang beriman akan mendapatkan mimpi yang tidak bermakna, tidak sering, hal itu karena kendali syaitan terhadapnya amatlah lemah. Yang sebaliknya terjadi pada yang lain (selain orang beriman), karena kendali syaitan atas mereka lebih kuat. Orang-orang dalam ini ada dalam beberapa kategori:
i)         Para nabi: semua mimpi mereka adalah mimpi yang benar dan tapi terkadang membutuhkan takwil. Mimpi yang baik terbagi menjadi 2:
a)      Mimpi langsung: sesuatu yang terlihat dalam mimpi dan kejadian sebenarnya terjadi di siang harinya ketika engkau sudah terbangun, mimpi macam ini tidak membutuhkan takwil.
b)      Mimpi dengan simbol-simbol, mimpi seperti ini membutuhkan takwil.
ii)       Orang-orang yang beriman: seringkali mimpi mereka adalah benar (kebanyakan dari mimpi tersebut butuh takwil) dan terkadang mimpi mereka sifatnya langsung.
iii)     Yang lainnya (selain i dan ii): kebanyakan dari mimpi mereka tidaklah benar, tetapi beberapa bisa saja benar.”
[Fathul Bari bi Sharh Shahih Al-Bukhari]

2)      Jangan menceritakan mimpi untuk takwil kecuali kepada ulama atau orang yang akan memberimu nasihat dengan ikhlas.

Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, “Tidak selayaknya engkau menceritakan mimpi ini kepada orang yang iri..”

Ada pula dalilnya dari Al-Qur’an: (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." {QS Yusuf: 4-5}

3)      Melihat Nabi صلى الله عليه و سلم:
Dari Anas رضي الله عنه, Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, “Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka tidak diragukan, ia telah melihatku, karena syaitan tidak dapat menyerupai wujudku” [Shahih Bukhari]
Pertanyaan 2) Ada sebuah permasalahan, bagaimana jika seseorang melihat Nabi صلى الله عليه و سلم dan dia merasa bahwa itu adalah Nabi صلى الله عليه و سلم, tapi dalam mimpinya gambaran beliau berbeda dengan yang kita ketahui dari hadist. Maka apakah yang ada dalam mimpi tersebut adalah Nabi صلى الله عليه و سلم ?
Az-Zuhri رحمه الله berkata bahwa Ibnu Sirrin رحمه الله berkata, “ Jika kau melihatnya sesuai dengan ciri-ciri beliau.” An Nawawi رحمه الله, bagaimanapun, memiliki pandangan yang berbeda dan beliau berkata, “Selama kau merasa orang yang kau lihat adalah nabi صلى الله عليه و سلم, maka itu adalah beliau, meski ia hadir dalam wujud yang berbeda.” (dalam hal ini) Ibnu Taimiyyah رحمه الله mendukung pandangan Ibnu Sirrin رحمه الله.
4)      Pengulangan sebuah mimpi adalah tanda kebenarannya. Bukanlah masalah apakah orang yang sama mendapat satu mimpi lebih dari sekali atau (yang mendapatkan mimpi itu) lebih dari satu orang.

Abdullah ibnu Umar رضي الله عنهما menceritakan bahwa beberapa orang dilihatkan Lailatil Qodar berada pada 7 malam terakhir (bulan Ramadhan). Nabi صلى الله عليه و سلم berkata, “Aku melihat bahwa mimpi kalian saling menguatkan satu sama lain bahwa Lailatul Qodar ada pada 7 malam terakhir pada bulan Ramadhan, maka barangsiapa yang mencarinya, akan mencarinya pada 7 malam terakhir (bulan Ramadhan).” [Shahih Bukhari]

Juga mimpi tentang adzan ketika 2 sahabat  رضي الله عنهما mendapat mimpi yang sama.

5)      Pertanyaan 3) Kapankah waktu yang paling diperkirakan tepat untuk mendapat mimpi yang benar? Malam ataukah siang hari? Apakah semua waktu itu sama (apakah mimpi pada awal malam atau di akhir siang)? Ibnu Sirrin رحمه الله berkata, “ Mimpi di siang hari adalah sama dengan mimpi di malam hari.” [Shahih Bukhari]

6)      Ibnu Battal رحمه الله berkata, “Mimpi ada 2 macam: Mimpi yang jelas-jelas menjadi nyata, seperti seseorang yang bermimpi memberi seseorang kurma, dan pada siang harinya ia memberi seseorang kurma. Mimpi macam ini tidak membutuhkan takwil. Kedua, mimpi yang hadir dengan simbol-simbol, untuk memahami mimpi macam ini harus ada seseorang yang punya ilmu dan pengalaman takwil mimpi untuk mengartikannya, karena terkadang simbol-simbol itu sangatlah halus dan rumit.”

Seperti mimpi Nabi صلى الله عليه و سلم beliau melihat dirinya sedang minum susu dari sebuah bejana dan ketika sebagian masih tersisa, beliau memberikannya kepada Umar رضي الله عن. Nabi صلى الله عليه و سلم mengartikannya sebagai ilmu. Maknanya Nabi صلى الله عليه و سلم menyerap ilmu dan beliau menceritakan bahwa susu itu sangat banyak hingga mulai mengalir dibawah kuku-kuku beliau. Jadi beliau punya begitu banyak ilmu dalam dirinya, sehingga ilmu tersebut mulai mengalir dari diri beliau.

7)      Mimpi bisa tentang masa lalu atau masa sekarang atau masa yang akan datang.
8)      Mimpi yang benar akan semakin banyak di akhir zaman.
Ibnu Sirrin رحمه الله berkata, “Aku mendengar Abu Hurairahرضي الله عن berkata, ‘Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, “Ketika waktunya tiba, mimpi orang yang beriman akan jarang sekali berbohong.” [Shahih Bukhari]

“Ketika Waktunya tiba...” dijelaskan dalam dua pendapat:
i)     Al-Khattabi رحمه الله berkata, “Maksud dari ‘Ketika waktunya tiba..’ adalah waktu malam dan siang hari. Ketika malam tiba di penghujung waktu siang, maka mimpi orang-orang yang beriman akan menjadi nyata. Inilah dia waktu ketika bunga-bunga mekar dan buah-buah ranum. Para ulama ahli takwil sebenarnya menyebutkan bahwa inilah dua waktu dimana kemungkinan besar mimpi itu benar”

ii)   Al Qurtubi رحمه الله berkata, “ Yang dimaksud dalam hadist ini, dan Allah سبحانه و تعالى yang Maha Mengetahui, adalah hari akhir dan ini berbicara tentang golongan orang-orang yang beriman yang akan bersama ‘Isa bin Maryam سلامعليه setelah ia membunuh dajjal”

Ibnu Abi Jamrah رحمه الله berkata, “Alasan mengapa orang yang beriman melihat mimpi yang benar pada saat itu adalah karena orang yang beriman akan menjadi gharib (yang terasing) sebagaimana disebutkan dalam hadist, “Islam datang sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana mulanya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing itu, maka berbahagialah orang-orang yang terasing itu

Ibnu Hajar Al-Asqalaniرحمه الله menanggapi semua pendapat yang ada dengan mengatakan, kapan saja waktu itu sulit bagi orang yang beriman, ia akan sering mendapatkan mimpi-mimpi yang benar karena dia membutuhkan pertolongan. Ketika seorang yang beriman sendirian, ketika waktu begitu sulit baginya, ketika kau tidak menemukan orang yang dapat mendukung dalam kebenaran, maka Allah سبحانه و تعالى akan memberimu ilham untuk membahagiakanmu melalui mimpi-mimpi baik yang akan kau dapatkan dan ini adalah dalam rangka memberi kekuatan bagi orang yang beriman yang sedang dalam kesulitan dan ujian, mimpi itu memberi mereka kepercayaan diri, memberi mereka harapan sehingga mereka akan mendapati banyak dari mimpi-mimpi tersebut menjadi nyata”

Sebagai contoh, para ikhwan yang sedang berjihad fisabilillah mendapatkan banyak mimpi yang menjadi nyata karena mereka sedang diuji oleh Allah سبحانه و تعالى maka Allah melapangkan mereka.

9)      Seringkali, jika mimpi itu adalah kabar gembira dari Allah سبحانه و تعالى, butuh waktu yang lama sampai mimpi itu benar-benar terjadi, sedang jika ia adalah peringatan, mimpi itu akan segera terjadi.

Seperti contoh mimpi Yusuf عليه سلام, butuh waktu sangat lama sampai benar-benar terjadi, sekitar 40 tahun. Beberapa ulama mengatakan bahwa ini adalah karena Allah سبحانه و تعالى memberikan pada orang yang beriman kabar gembira sejak dini untuk memberinya kepercayaan diri dan harapan, untuk menginspirasi hidupnya. Sementara jika itu adalah peringatan, kau mendapatkannya dan akan segera terjadi agar peringatan itu bisa menjadi penyebab rasa takut dalam hatimu.

10)  Mimpi adalah kabar gembira dan peringatan yang tidak dapat digunakan sebagai sumber Syari’ah.
Ash-Shatbi رحمه الله berkata mengenai hal ini, “Keuntungan dari mimpi yang memberi kabar gembira bagi orang yang beriman atau peringatan bukanlah dalam urusan undang-undang dan peradilan atau aturan”

11)  Jika seseorang melihat mimpi yang sangat panjang seperti tayangan atau seseorang sedang mengejarmu tidak henti-hentinya, maka kemungkinan besar mimpi itu tidaklah berarti. Mimpi yang benar itu pendek dan ringkas.

12)  Mimpi orang yang beriman menyenangkannya tapi  tidak menjadikannya bangga dan percaya diri berlebihan.

Ibnu Muflih رضي الله عنه menyebutkan dalam kitabnya Adaab Ash-Syar’iyah, “Ibrahim al-Humaidi adalah salah satu orang yang beriman dan Imam Ahmad bin Hanbal mengunjunginya sehingga Ibrahim berkata kepada Imam Ahmad, “Ibuku mendapat sebuah mimpi tentang anda, dia melihat ini dan itu untuk anda,” dan kemudian beliau  menyebut Jannah. Imam Ahmad berkata, “Saudara laki-lakiku, Sahl ibnu Salamah, orang-orang sering mendapatkan mimpi tentang dirinya yang sama dengan yang anda sebutkan dan dia meninggal dengan berlumuran darah, jadi mimpi itu menyenangkan orang yang beriman, dan tidak menjadikannya sombong.”

13)  Takwil mimpi bukanlah sesuatu yang pasti melainkan hanya dugaan dan Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam surat Yusuf: “Dan Yusuf berkata kepada orang yang diduganya akan selamat..” {QS Yusuf: 42}
Ibnu Katsir رحمه الله menyebutkan dalam An-Nihayah wal Bidayah-nya bahwa ada seorang khalifah (bukan khalifah yang baik) Ibnu Abbas yang bermimpi bahwa ia (khalifah tsb) sedang menaiki sebuah mimpi dengan 28 langkah. Sehingga dia berusaha mimpinya diartikan. Seseorang yang mentakwilkan mimpinya mengatakan padanya bahwa arti mimpi tersebut adalah, “Kau akan memimpin selama 28 tahun.” Tapi kemudian khalifah tersebut meninggal dunia 6 bulan kemudian. Dia meninggal pada usianya yang ke 28, jadi jumlah langkah (dalam mimpi) itu mewakili umurnya, bukan lamanya ia memimpin.

Ada seorang wanita yang bermimpi bahwa anaknya merobek 3 bendera (bendera yang dibawa pada saat perang). Sehingga ia pun menemui Ibnu Sirrin رحمه الله dan beliau mentakwil mimpi tersebut dengan berkata, “Jika mimpinya benar, artinya dia akan menikahi tiga orang yang mulia, yang mereka semua akan terbunuh” Ketika anak wanita tersebut tumbuh, dia menikah dengan Yazid ibnu al-Muhallab yang merupakan pemimpin besar di Iraq, dan ia terbunuh. Kemudian, ia menikah dengan ‘Amr ibnu Yazid at-Taymi dan dia terbunuh. Pernikahannya yang ketiga adalah dengan al-Hasan ibnu Uthman ibnu Abdurrahman ibn Auf رحمه الله, cucu dari sahabat Abdurrahman bin Auf. Dia pernah berselisih pendapat dengannya sehingga berkata pada Al-Hasan, “Demi Allah, kau akan terbunuh.” Dia menanyakan alasan perkataan (isterinya) itu, dan iapun menceritakan tentang mimpinya. Al-Hasan pun berkata, “Baiklah, aku akan menceraikanmu karena kau berpikir bahwa aku akan terbunuh sekarang!” Akhirnya, wanita itu pun menikah dengan Al-Abbas ibnu Abdillah ibnu Harith ibn Nawfal ibnu Harith ibnu Abdul Muthalib dan dia pun terbunuh.

Seorang laki-laki mendapatkan mimpi, ketika ada sebuah wabah, bahwa beberapa peti mati keluar dari rumahnya, dan jumlahnya sama dengan jumlah anggota keluarganya. Dan mimpi itu mulai menjadi nyata. Anggota keluarganya meninggal satu demi satu, dan jasad mereka keluar dari rumahnya tepat seperti bagaimana ia melihatnya dalam mimpi, sampai hanya tersisa anggota keluarganya yang terakhir, ia pun cukup yakin bahwa ia juga akan mati karena wabah tersebut, karena mimpinya sampai sekarang, adalah benar. Tapi seorang pencuri masuk kedalam rumahnya dan tekena wabah tersebut, ia pun jatuh sakit di rumahnya, dan mati dan dia menjadi jasad terakhir yang keluar dari rumahnya, bukan si pemilik mimpi.

14)  Haram hukumnya dan merupakan dosa besar mengaku-ngaku mendapat sebuah mimpi yang tidak ia lihat atau yang ia berbohong tentangnya.

Dari Abdullah ibnu Abbas رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, “Barangsiapa mengaku-ngaku mendapat sebuah mimpi yang padahal ia tidak mendapatkannya, akan dihukum dengan diikiat diantara dua rambut di Hari Pembalasan.”

15)  Sebuah mimpi bisa didapatkan oleh seseorang tapi bisa juga mimpi itu adalah untuk orang lain.
Al Hakim dan Abdullah ibnu Mubarak menceritakan bahwa seseorang bermimpi bahwa Abu Jahal menjadi seorang muslim dan berbai’at pada Nabi صلى الله عليه و سلم. Tapi itu tidak pernah terjadi. Jadi (sebenarnya) mimpi ini adalah untuk Ikrimah yang menjadi seorang muslim dan kemudian berbai’at kepada Nabi صلى الله عليه و سلم.

Mimpi Usayd bin Abil ‘Aas bahwa ia menjadi gubernur Mekah tapi (ternyata) ia tidak menjadi gubernur, melainkan anaknya ‘Attab yang menjadi gubernur Mekah.

16)  Beberapa simbol dalam sebuah mimpi bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.
Seperti contoh: Seorang lelaki datang kepada Ibnu Sirrin رحمه الله dan bercerita bahwa ia bermimpi mengumandangkan adzan. Ibnu Sirrin رحمه الله menjawab, “Kau akan berangkat Haji.” Sementara seorang lelaki lain datang dengan mimpi yang sama dan Ibnu Sirrin رحمه الله menjawab, “Kau adalah seorang pencuri!” Ibnu Sirrin رحمه اللهketika ditanya alasannya memberikan jawaban yang berbeda atas mimpi yang sama beliau menjawab “Karena aku melihat keimanan pada wajah lelaki yang pertama, dan Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Ibrahim عليه سلام mengumandangkan adzan menyeru orang-orang untuk berhaji sehingga aku mengartikan bahwa ia akan pergi berhaji. Sedang aku melihat kejahatan pada wajah lelaki satunya dan Allah سبحانه و تعالى berfirman dalm surat Yusuf, “ kemudian yang menangis itu pun menangis: wahai kalian (yang dalam) kafilah! Sungguh kalian adalah pencuri! Maka aku mengartikan bahwa orang ini adalah pencuri.”

17)  Nabi صلى الله عليه و سلم berkata, “Mimpi itu tergantung di kaki burung (dalam riwayat lain pada sayap burung) segera ketika ia ditakwilkan, maka ia terjadi sebagaimana ia ditakwilkan”
Maka beberapa ulama mengatakan bahwa jika engkau membawa mimpimu pada seorang ulama, maka ia akan terjadi sesuai dengan yang ditakwilkannya, itulah kenapa kau harus membawa mimpimu kepada seseorang yang berilmu tentang takwil mimpi dan atau seseorang yang akan memberimu nasihat yang ikhlas dan tidak kepada seseorang yang iri (/ada dengki dalam hatinya) sehingga jika mimpi itu ditakwilkan maka akan terjadi sesuai dengan yang ditakwilkannya. Bagaimanapun juga, ada perbedaan pendapat mengenai masalah ini. Dan Allah سبحانه و تعالى  Maha Mengetahui. (wim)shoutussalam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar